Saftani Muhammad Ridwan |
Tanggal 25 Desember dan 1 Januari, umat Kristiani akan merayakan misa
dan peringatan hari besar keagamaan mereka. Agama Kristen adalah bagian yang tidak
terpisahkan dalam sejarah peradaban manusia.
Secara khusus
agama Islam juga telah memberikan perhatian terhadap ajaran Injil yang diyakini
oleh umat Kristiani sebagai kitab suci. Sejarah telah mencatat bahwa sejak
berkembangnya agama Kristen di abad awal masehi yang dibawa oleh Santo Paulus
dan murid-muridnya, agama ini telah tumbuh dan berkembang sangat pesat
diberbagai penjuru dunia sebelum Islam lahir.
Agama Islam yang datang setelah Kristen dan lahir sebagai agama samawi
sebagaimana dua ajaran besar sebelumnya juga telah memberikan penghormatan
khusus kepada umat Kristiani. Nabi umat Islam mengajarkan kepada umatnya agar
menghormati penganut agama lain tidak terkecuali umat Kristiani.
AlQuran bahkan menyebut mereka dengan Ahlul Kitab atau orang-orang yang
diberi kitab suci. Sejarah hubungan Islam-Kristen telah dimulai sejak lahirnya Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu
'Alaihi Wasallam. Sejarah
ini telah diwarnai oleh berbagai macam corak. Terkadang kooperatif konstruktif
yang dilandasi oleh semangat saling pengertian, namun lebih sering menampakkan
wajah dan watak saling curiga bahkan permusuhan. Fenomena sejarah ini mau tidak
mau telah mengundang aneka analisis dan teori. Tentu saja yang lebih banyak
disoroti adalah aspek negatif dari hubungan ini.
Ada yang
berpendapat bahwa ajaran kedua agama turut berperan menyulut penganut
masing-masing untuk berperilaku curiga. Al-Quran misalnya, sejak awal
menyatakan bahwa beberapa ajaran Nabi Isa Alaihissalam, telah mengalami
distorsi. Lebih jauh Al-Quran mengecam doktrin trinitas dan konsep ”Anak Tuhan”
yang berkembang dalam tradisi Kristen. Nabi yang dimuliakan dalam Islam justeru
diangkat berlebihan oleh umat kristiani menjadi Tuhan melebihi kapasitasnya
yang secara rasional tidak masuk dalam akal umat Islam dan umat lain yang bukan
penganut Kristen.
Sebaliknya doktrin
agama Kristen jauh sebelum diutusnya Nabi Muhammad, menyatakan bahwa satu-satunya
jalan keselamatan dunia akhirat hanya ditawarkan oleh Yesus. Beberapa ayat
dalam Bible mendukung hal ini yang kemudian berkembang dengan slogan extra
eclesiam nulla salus (di luar gereja tidak ada keselamatan).
Selain pandangan-pandangan tersebut, masih terdapat
sekian penyebab lain yang patut digarisbawahi yang dapat menjadi kendala
hubungan harmonis Islam-Kristen, di antaranya adalah orientalisme,
kolonialisme, dan misi Kristen. Penyebab pertama dan kedua berangsur pudar
walau metodenya diubah dalam bentuk yang lebih halus.
Faktor ketiga yakni misi Kristen masih merupakan kendala
utama bagi hubungan harmonis Islam-Kristen sampai saat ini. Menurut hemat
penulis adalah hak setiap umat untuk mendakwahkan agama mereka kepada orang
lain yang belum mengetahuinya, apalagi kedua agama ini merupakan agama yang
bersifat misi.
Umat Islam dianjurkan untuk berdakwah (QS.An-Nahl:125),
demikian juga dalam kekristenan misi kristus haruslah diwartakan kepada
penduduk dunia (Injil Matius 28:19). Karena kedua agama ini adalah agama misi
maka tidak dipungkiri pasti akan selalu terjadi benturan di antara keduanya.
Olehnya, diperlukan adanya dialog-dialog antara Islam dan
Kristen secara terbuka yang dilakukan berdasarkan dalil-dalil dan bukti ilmiah
agar manusia yang menggunakan akalnya dapat mengetahui kebenaran tanpa harus
ada yang tersembunyi.
Dalam hal dialog-dialog
lintas agama perlu dilakukan agar masing-masing penganut dapat memahami sikap
penganut agama lain serta apa sesungguhnya ajaran yang dibawanya. Tujuan dialog
bukanlah menyamakan persepsi sebab itu tidak mungkin, namun bagaimana kita
bersikap dewasa menerima perbedaan dan memahaminya sebagai sebuah pelajaran
agar masing-masing penganut dapat mendakwahkan ajaran mereka secara ilmiah,
logis dan rasional, karena penerimaan seseorang umumnya didasarkan oleh
penerimaan akal mereka.
Tujuan lebih jauh
dari dialog sesungguhnya untuk mencegah berbagai hal yang tidak diinginkan
seperti tindakan main kucing-kucingan dalam menyampaikan misi agama yang
cenderung menjadikan target orang-orang bodoh dalam agama tertentu untuk
diperdaya.
Kisah pernikahan
artis sinetron Jonas Rivanno yang berpura-pura memeluk Islam untuk menikahi
Asmirandah kemudian mengajaknya keluar dari Islam, serta kegiatan Car free
day di Jakarta bulan lalu, membentuk image
sebagian umat Islam bahwa cara-cara seperti ini merupakan cara yang tidak fair
dalam penyebaran sebuah ajaran agama.
Memang tidak semua
sekte kristen melakukan hal serupa, karena dalam tradisi kekristenan mereka
memiliki sekte yang belum tentu setiap sekte sama metodenya. Dalam The World Christian Encyclopedia, David B.Barret,
disebutkan denominasi gereja yang mengklaim diri mereka sebagai
Kristen pada tahun 2001 berjumlah sekitar 33.000 denominasi. Kemudian pada
tahun 2007 jumlah ini menjadi sekitar 39.000 dan kemungkinan untuk bertambahnya
demominasi atau sekte tidak dapat dipungkiri.
Di Indonesia sendiri telah mencapai sekitar 300
sekte. Persoalan internal ini berpengaruh keluar ketika setiap sekte ingin
mendirikan gereja, karena dalam kekristenan beda sekte akan berbeda ajaran dan
gereja, sehingga timbullah persoalan dengan umat beragama lain. Dengan jumlah
jemaat yang sedikit harus mendirikan gereja menimbulkan persoalan baru.
Kebebasan beragama memang harus dihargai, namun kondisi umat Islam tentu berbeda.
Mengingat Islam adalah satu-satunya agama yang
memelihara tata cara ibadah dari Rasulnya sehingga umat Islam dari manapun
dapat sholat di masjid yang sama. Mereka memiliki bahasa pengantar universal
dalam beribadah yakni bahasa Arab, sehingga ke masjid manapun mereka pergi
mereka dipersatukan dengan satu kitab suci dan bahasa dalam beribadah.
Jika dalam suatu wilayah umat Islam yang jumlahnya
sedikit ingin mendirikan masjid, maka ini juga hal yang wajar karena mereka
diperintahkan untuk sholat berjamaah dan mereka beribadah minimal lima kali
sehari. Intensitas ibadah yang rutin menyebabkan mereka haruslah memiliki
sebuah sarana ibadah yang layak. Hal ini berbeda jika ibadah hanya dilakukan
sekali sepekan yang membuat tempat ibadah lebih sering kosong dari pada terisi.
Umat kristiani harus mengetahui bahwa Islam adalah
satu-satunya agama di luar Kristen yang mengakui Isa atau Yesus (sebutan oleh
umat kristiani). Hanya perbedaannya kami umat Islam mengakuinya sebagai nabi
yang mulia, sedangkan umat Kristen menganggapnya sebagai Tuhan.
Umat yahudi bani Israel sendiri yang seharusnya menjadi
kaum dan objek dakwah Yesus justeru menolak Yesus dan tidak mengakuinya sebagai
Mesias atau Raja ataupun Nabi apalagi sebagai Tuhan.
Terhadap fakta ini maka Islam dan Kristen
masing-masing harus bisa memberikan
bukti dan fakta ilmiah akan kebenaran argumentasi dan klaim atas keyakinan
mereka. Atas dasar inilah dialog perlu dibangun. “Katakanlah, hai Ahli
Kitab, marilah berpegang kepada suatu kalimat yang tidak ada perselisihan
antara kami dan kalian, bahwa kita tidak menyembah kecuali Allah dan tidak
mempersekutukan Dia dengan sesuatu apapun, dan tidak pula sebagian kita
menjadikan sebagian yang lain sebagai sesembahan selain Allah. Jika
mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka saksikanlah
bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri kepada Allah.” (QS.Ali-Imran:64).
Penulis adalah Ketua Forum Advokasi Rehabilitasi Imunisasi Aqidah
yang Terpadu Efektif dan Aktual (ARIMATEA) Sulawesi Selatan, dosen STMIK-Handayani Makassar, dan pengajar pelatihan
dai Ma’had Al-Birr Universitas Muhammadiyah Makassar.
0 komentar :
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !