Salinan "memorandum" yang diperoleh tim Arimatea Makassar |
MAKASSAR — Manajemen Hotel Grand Celino Makassar memaksa karyawannya melakukan pembersihan gereja. Ironisnya, pekerja yang diberikan surat berlabel “Memorandum” itu rata-rata beragama Islam.
Berdasarkan surat yang diperoleh Forum Arimatea Kota Makassar, upaya pemaksaan sangat jelas, dengan nada penekanan lewat tulisan sebagai berikut, apabila terlambat 15 menit, maka akan dikenakan sanksi berupa surat teguran. Kemudian, bagi karyawan yang tidak hadir, akan diberikan sanksi berupa surat peringatan, yang ditandatangani langsung HR Manager Hotel Grand Celino, Rinetha Tumonglo.
Kegiatan kerja bakti tersebut sudah digelar Sabtu, 20 Desember 2014 di Gereja Toraja Jemaat Dadi, Jalan Anuang, nomor 183, Kota Makassar.
Ketua Forum Arimatea Makassar, Jumzar Rachman, mengecam tindakan itu. Menurut dia, tidak seharusnya manajemen hotel memperlakukan karyawan yang beragam Islam, apalagi sampai melakukan mengeluarkan ancaman dan intimidasi.
Ketua Forum Arimatea Makassar, Jumzar Rachman, mengecam tindakan itu. Menurut dia, tidak seharusnya manajemen hotel memperlakukan karyawan yang beragam Islam, apalagi sampai melakukan mengeluarkan ancaman dan intimidasi.
“Karena ini bertentangan dengan aqidah umat Islam. Sekiranya tidak ada penekanan, mungkin kita bisa menerima, tetapi mereka memberikan ancaman. Ini sangat jelas sebagai bentuk pelanggaran,” tegasnya.
Jumzar mengatakan akan melaporkan tindakan itu kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Makassar, dan jika perlu kepada aparat kepolisian, apalagi sudah ada beberapa karyawan yang menyatakan kesediaannya untuk memasukkan melapor meski risikonya pemecatan.
Dia mengaku sudah melakukan koordinasi dengan sejumlah organisasi masyarakat Islam di Kota Makassar untuk bersama-sama bergerak melakukan advokasi.
“Tindakan seperti ini tidak bisa dibiarkan. Kami takutnya di masa yang akan datang akan terus terjadi apabila tidak ada upaya dari umat muslim sendiri yang meresponnya. Umat Islam sangat menjunjung tinggi toleransi, tetapi bukan sifatnya yang kebablasan. Kalau ini, sudah sangat keterlaluan namanya,” kata Jumzar.
“Tindakan seperti ini tidak bisa dibiarkan. Kami takutnya di masa yang akan datang akan terus terjadi apabila tidak ada upaya dari umat muslim sendiri yang meresponnya. Umat Islam sangat menjunjung tinggi toleransi, tetapi bukan sifatnya yang kebablasan. Kalau ini, sudah sangat keterlaluan namanya,” kata Jumzar.
0 komentar :
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !