
“Sebuah peraturan yang secara formal merupakan campur tangan dalam kebebasan berpakaian dan gaya hidup merupakan sumber ketidaksetaraan, diskriminasi, dan ketidakadilan di antara rakyat kita. Dan itu telah menjadi sejarah,” kata Deputi Perdana Menteri Turki, Bekir Bozdag, melalui akun Twitter-nya.
Dari kubu sekularis, kritikan banyak dialamatkan kepada Perdana Menteri Turki, Tayyip Erdogan, yang berasal dari partai Islam. Erdogan dianggap berusaha mengikis fondasi sekuler republik Turki, yang sudah tertanam sejak runtuhnya khilafah Utsmani oleh Mustafa Kemal Ataturk pada tahun 1923.
Namun para pendukung Erdogan, mengatakan bahwa kebijakan pencabutan larangan berjilbab hanya untuk menjalankan keseimbangan dan berupaya memulihkan kebebasan berekspresi keagamaan di Turki, apalagi mayoritas penduduknya penganut Islam.
ISLAM POS
0 komentar :
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !